Faktualmedia.co
BANDAR LAMPUNG faktual media.co- Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Lampung menghadirkan astronom Prof. Hakim L Malasan, mantan Kepala Laboratorium Boscha Bandung Jawa Barat, untuk membahas Pembangunan Observatorium Astronomi ITERA Lampung di TAHURA Wan Abdul Rahman, dalam diskusi hasil survey Pembangunan Observatorium tersebut di Gunung Betung. Diskusi yang diadakan di Aula Balitbangda Kamis (28/12/2017) itu menyimpulkan diperlukannya kajian lebih mendalam tentang potensi polusi cahaya di sekitar kawasan Observatorium, baik yang berada di dalam kawasan TAHURA Wan Abdul Rahman maupun di luar kawasan hutan. “Diharapkan polusi cahaya bisa dikendalikan A�minimal sampai 100 tahun ke depan,” demikian rilis Balitbangda Lampung yang disampaikan Humas Pemprov Lampung.
Polusi cahaya merupakan salah satu tantangan besar bagi perkembangan observatorium. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pemukiman dan penerangan yang dibangun pada kawasan observatorium yang bisa memengaruhi hasil teropong bintang. Oleh sebab itu, hal ini perlu kajian mendalam. Salah satunya, perlu penetapan kebijakan secara khusus dalam zonasi pembangunan di wilayah sekitar observatorium yang bersifat sinergis. Prof. Hakim Malasan di salah satu situs pemberitaan pernah menjelaskan tantangan polusi cahaya ini, termasuk yang dihadapi Laboratorium Boscha di Jawa Barat.
Dalam diskusi di Balitbangda ini juga terungkap Pembangunan Observatorium Lampung membutuhkan pertimbangan astronomis meliputi kondisi atmosfer, meteorologis dan geologis di situs pembangunan sehingga titik-titik lokasi pemasangan instrumen serta lingkungannya dapat dimaksimalkan. Hasil diskusi juga merangkum beberapa hal di antaranya pemilihan Teleskop. Berdasarkan survey lokasi maka penelitian yang dikembangkan di lokasi Observatorium Lampung adalah: fotometri dan spektroskopi dengan jenis teleskop yang memiliki rentang diameter 1-1,5 meter. Seperti diketahui, Fotometri adalah cabang dari Astronomi yang mempelajari tentang informasi cahaya yang dikirim dari angkasa luar, entah itu dari bintang atau dari objek lain. Sebenarnya yang dimaksud cahaya di sini adalah tidak selalu harus cahaya tetapi bisa juga gelombang elektromagnetik dalam bentuk lain, seperti inframerah, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar X atau gelombang radio.
Untuk mempelajari benda-benda langit, informasi yang diterima hanyalah berupa seberkas cahaya. Sedangkan spektroskopi mempelajari materi dan atribut cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan dari luar angkasa.
Hasil diskusi tetap menunjukkan sikap optimistis Provinsi Lampung dalam mengembangkan laboratorium ini. Pemanfaatan fungsi edukasi dari keberadaan observatorium akan menjadi fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh Dinas Pendidikan Lampung. (Hms)