Faktualmedia.co
Lampung Selatan, FAKTUAL – Gubernur Lampung, Muhammad Ridho Ficardo menyatukan dua warga desa yang 65 tahun terpisahkan aliran sungai Way Sekampung, dengan meresmikan jembatan gantung di Dusun Jelujur, Desa Rulungmulya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, kemarin.
“Jembatan gantung sepanjang 144 meter dan lebar 120 cm itu tak hanya menghubungkan Desa Rulungmulya dan Desa Batanghari Ogan, tapi menghubungkan dua kabupaten, Lampung Selatan dan Pesawaran. Bahkan bisa menjadi akses bagi warga Trimurjo, Lampung Tengah,” kata Ridho, di Natar, di lokasi jembatan gantung tersebut.
Menurutnya, pembangunan jembatan itu bermula dari permohonan Indra Jaya, warga Dusun Jelujur melalu akun facebook Gubernur Ridho.
Melalui Gerakan Seribu Jembatan Gantung dari Lampung untuk Indonesia, gubernur bersama Vertical Rescue Indonesia dan Pramuka bahu membahu selama sembilan hari membangun jembatan tersebut.
Menurut Nugroho, Koordinator Gerakan Seribu Jembatan Gantung dari Lampung untuk Indonesia, seluruh dana pembangunan jembatan berasal dari pribadi Ridho dari gaji yang tak pernah diambil selama ini.
Vertical Rescue Indonesia adalah komunitas panjat tebing yang berpusat di Bandung, Jawa Barat. Komunitas ini berpengalaman membangun 27 jembatan gantung di berbagai wilayah Indonesia dari Jawa, Kalimantan, hingga Papua.
“Ini jembatan ke-28 yang kami bangun dan pertama di Sumatera,” kata Nugroho
Ridho meminta masyarakat menjaga dan memelihara jembatan gantung tersebut dengan mematuhi peringatan.
“Meski semi permanen pembagunan harus menggunakan standar sehingga aman digunakan masyarakat. Ke depan, Pemerintah Provinsi Lampung akan membangun jembatan ini secara permanen sehingga aman untuk warga,” katanya.
Kegembiraan warga yang puluhan tahun harus bersusah payah menyeberangi sungai terbesar di Lampung itu diwujudkan dengan menghibahkan tanah.
Bahkan Nonny, warga Desa Relungmulya menghibahkan rumahnya untuk dijadikan akses jalan ke arah jembatan yang dipakai menjadi jalan menuju jembatan gantung.
“Puluhan tahun kami berjuang agar dibangun jembatan gantung. Banyak permohonan disampaikan bahkan sampai ke pusat. Alhamdulillah Pak Ridho mau membangun jembatan gantung,” kata Imron, sesepuh Dusun Jelujur.
Dari arsip surat permohonan jembatan gantung yang masih dipegang Imron, pada 29 Juli 2002, yang ditujukan kepada bupati Lampung Selatan, masyarakat Desa Rulunghelok yang kini dimekarkan menjadi Desa Rulungmulya, membutuhkan jembatan gantung.
Surat itu, menyebutkan selama 52 tahun masyarakat menggunakan perayu dayung untuk menyeberang.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas, KH Miftahul Huda, yang sejak kecil tinggal di Rulungmulya dan melintasi sungai untuk bejalar ke Gayabaru, Lampung Tengah, mengatakan kehadiran jembatan tidak lagi harus membuat warga berputar 30 km atau satu jam perjalanan lewat Tegineneng jika ingin ke Metro.
“Sungai ini bisa dilewati kalau musim kemarau, di musim penghujan harus pakai getek,” katanya.
Menurutnya, hubungan kedua desa yang terpisah Way Sekampung ini terbina sejak puluhan tahun. Kedua warga desa ini melintasi sungai untuk bertani, berkebun, dan sekolah.
“Banyak juga yang menyeberang untuk jual beli hasil bumi, seperti cokelat, padi, jeruk, durian, dan duku. Jembatan ini bakal membuat geliat ekonomi meningkat,” kata Miftahul Huda. (Amar)